Serie A Italia musim ini sungguh luar biasa dan menghadirkan begitu
banyak aksi berkelas, 972 gol dalam 380 laga, serta sejumlah momen yang
tak terlupakan.
Dunia sudah menyaksikan bagaimana Juventus memenangi perburuan
Scudetto
dengan status sebagai satu-satunya tim yang terkalahkan di Serie A
musim ini dan kembali ke puncak Italia setelah enam tahun lamanya
berusaha bangkit dari keterpurukan akibat jerat Calciopoli.
Kita
juga bisa menyaksikan bagaimana AC Milan, dengan hantaman badai cedera
sepanjang perjalanan mereka, secara fenomenal sanggup menempel ketat
Bianconeri hingga garis finis.
Bagaimana
Udinese mengalahkan empat tim dalam perebutan tempat terakhir di zona
prestisius tiga besar, bagaimana Internazionale plus duo biru langit
Lazio dan Napoli melakukan gelombang serangan demi dapat menggenggam
tiket ke Eropa, maupun bagaimana
final dash AS Roma, Parma hingga
Bologna dalam pekan-pekan pamungkas sebelum akhirnya finis dengan
raihan melebihi 50 angka pun telah sanggup mengundang decak kagum dunia.
Setiap
tim memiliki kisah sendiri. Di dalamnya, terdapat sejumlah aktor yang
memungkinkan semua itu bisa terjadi. Dari sederet bakat luar biasa itu,
pasti ada satu yang paling menonjol, yang memiliki peran paling besar
bagi kesuksesan timnya, sang protagonis, sang pemain terbaik.
Tidak
mudah menentukan para pemain terbaik itu. Selalu ada perdebatan akibat
banyaknya pertimbangan yang dijadikan dasar. Setiap individu pun berhak
melakukan penilaian, tak jarang ada yang sama, bahkan kerap pula timbul
perbedaan.
Berikut ini sepuluh protagonis terdepan, aktor utama dari tiap-tiap kontestan dalam kompetisi kasta tertinggi Italia, di mana
classifica finale tidak dijadikan bahan pertimbangan utama.
10. Marco Di Vaio (Bologna - Striker)Usia 35 terbukti bukan masalah bagi eks striker Lazio, Parma dan Juventus ini. Sepuluh dari total 41 gol
Rossoblu di
Serie A musim ini tercatat atas namanya. Itu pun hanya sebagian kecil
kontribusi Di Vaio bagi timnya. Di Vaio memuncaki daftar
top scorer serta
top assist
Bologna di Serie A dan berperan besar membantu Bologna mengunci
peringkat 9 dengan koleksi 51 poin. Tak ada lagi nama Di Vaio di skuad
Bologna musim depan, karena Di Vaio sudah memutuskan hijrah ke MLS.
Pelatih Stefano Pioli memiliki penilaian sendiri tentang sang legenda.
"Namanya
identik dengan profesionalsime. Dia merupakan seorang panutan, baik di
saat berlatih maupun caranya bersikap, seorang pemain yang membuat
pekerjaan pelatih mana pun jadi lebih mudah."
Momen terbaik: Mencetak dua gol berkelas kala Bologna menumbangkan Inter 3-0 di Giuseppe Meazza pada bulan Februari silam.
9. Daniele De Rossi (Roma - Gelandang)Performa Roma 2011/12 mungkin bisa diibaratkan
rollercoaster,
tapi De Rossi telah menunjukkan perkembangan signifikan dibandingkan
musim sebelumnya. Dia bahkan berulang kali mengorbankan posisinya di
lini tengah untuk membantu barisan pertahanan, dan di momen-momen
tersebut dia bahkan sanggup menunjukkan permainan layaknya seorang bek
sentral sejati.
Momen terbaik: Saat Roma bermain imbang
1-1 melawan Juventus di Olimpico pada 12 Desember 2011, De Rossi
dipasang sebagai bek. Meski diberi peran asing, dia tampil luar biasa
seperti sudah menempati posisi itu sejak lama, dan bahkan mencetak gol
pembuka pada menit ke-5.
8. Miroslav Klose (Lazio - Striker)Lazio bisa dibilang berjudi kala mendatangkan Klose, 33, dengan status
free transfer dari Bayern Munich di awal musim. Akan tetapi, semuanya terbayar lunas. Dengan
speed
yang semakin menghilang akibat termakan usia, Klose pun mengandalkan
insting predator untuk mengukuhkan namanya di Serie A. 13 Gol dan 5
assist
yang dibukukannya sebelum terkapar akibat cedera panjang menjelang
akhir musim merupakan salah satu sumbangsih Klose bagi klub barunya.
Momen terbaik: Mencetak gol di menit 93 yang memastikan kemenangan 2-1 Lazio dalam partai
derby melawan Roma pada 16 Oktober 2011.
7. German Denis (Atalanta/Udinese - Striker)Banyak
orang meramalkan Atalanta bakal terdegradasi bahkan sebelum tirai
kompetisi Serie A 2011/12 diangkat. Pasalnya, klub asal Bergamo ini
harus mengawali musim dengan nilai -6 akibat terbukti terlibat skandal
pengaturan skor di Serie B pada musim sebelumnya. Kenyataan berkata
lain, Atalanta finis di peringkat 12!
Semua itu tak lepas dari peran German Denis, yang didatangkan dari Udinese dengan status pinjaman.
Daya ledak Denis di depan gawang lawan membuatnya sempat memimpin perburuan gelar
Capocannoniere sebelum akhirnya menutup musim sebagai pemain tersubur kelima di Serie A musim kemarin dengan torehan 16 gol.
Momen terbaik: Menciptakan
hat-trick kala Atalanta menghancurkan Roma 4-1 di Atleti Azzurri d'Italia pada 26 Februari 2012 dan membuat koleksi golnya menjadi 15.
6. Diego Milito (Internazionale - Striker)Diego Milito
sempat tenggelam di putaran pertama, tapi kemudian bangkit di putaran
kedua dan membungkam para pengkritiknya lewat serentetan gol ke gawang
lawan sebelum akhirnya finis sebagai pemain tersubur kedua dengan
koleksi 27, hanya berselisih satu dengan pemain di atasnya, Zlatan
Ibrahimovic.
Momen terbaik: Membawa Inter dua kali menaklukkan AC Milan dalam dua
Derby della Madonnina. Milito mencetak gol tunggal kemenangan
Nerazzurri di putaran pertama dan mengukir
hat-trick kala mereka menumbangkan Milan 4-2 di
giornata 37. Kemenangan yang terakhir itu itu tak hanya memuluskan langkah Inter ke pentas Eropa, tapi juga mengakhiri perburuan
Scudetto sang rival sekota.
5. Edinson Cavani (Napoli - Striker)Musim 2011/12 kemarin, Napoli merupaka tim Cinderella Serie A, sempat menjadi
Capolista dan pesaing serius dalam perburuan
Scudetto sebelum akhirnya finis di peringkat lima. Semua itu bisa dibilang berkat
Edinson Cavani dengan 23 golnya.
Bersama Hamsik dan Lavezzi (masing-masing 9 gol), Cavani menciptakan trisula maut di lini depan
Partenopei.
Hamsik serta Lavezzi bertugas memporakporandakan barisan pertahanan
lawan, dan Cavani lah yang melakukan tikaman terakhir dengan
power,
speed, akselerasi serta insting membunuhnya.
Momen terbaik: Menciptakan
hat-trick dalam
grande partita melawan AC Milan di San Paolo pada 18 September 2011 dan membawa Napoli menang 3-1.
4. Antonio Di Natale (Udinese - Striker)Usia boleh 34, tapi dia tetap tajam!
Antonio Di Natale adalah salah satu striker terbaik di ranah Italia.
Capocannoniere Serie A 2010 serta 2011 itu ternyata masih belum kehilangan insting predatornya dan menutup musim 2011/12 dengan torehan 23 gol.
Musim
lalu, Di Natale mencetak 28 gol dalam 36 pertandingan dan menciptakan
rasio gol terbaik ketiga di Eropa (0,78 gol per laga), di bawah dua
monster penguasa La Liga, Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Musim ini,
dia berhasil mengantarkan klubnya finis di peringkat tiga dan menyabet
satu tiket ke kompetisi elit Benua Biru musim depan.
Momen terbaik: Mencetak satu gol dari sudut sempit saat Udinese menang 2-0 atas tuan rumah Catania di
giornata pamungkas,
kemenangan keempat beruntun Udinese dan tambaha tiga angka yang
memastikan partisipasi mereka di Liga Champions musim depan.
3. Sebastian Giovinco (Parma - Second Striker)Bagaimana bisa
Sebastian Giovinco berada di atas Milito, Cavani maupun Di Natale? Pasti itu pertanyaan pertama yang terbersit di benak sebagian orang.
Wajar,
karena dia hanya memperkuat Parma, yang notabene cuma sanggup finis di
papan tengah. Akan tetapi mari kita lihat secara keseluruhan, dari awal
hingga akhir musim.
Sejak berlabuh di Parma dengan status
pinjaman dari Juventus, hingga akhirnya hak kepemilikannya dibagi oleh
kedua klub, Givoinco mendapatkan lisensi untuk melakukan 'kewajiban'
sebagai seorang
fantasista dan berhasil mengeluarkan kemampuan terbaiknya.
Dalam bodi minimalis sang
formica atomica, terdapat semua makna dan intisari sepakbola, dari fantasi, teknik,
speed,
assist, hingga gol.
Giovinco merupakan sumber gol dan pencipta peluang terbaik yang dimiliki Parma. Dia memuncaki daftar
top scorer sekaligus
top assist klub berjuluk
Gialloblu tersebut dengan 15 gol dan 11
assist. Tanpa kehadiran Giovinco di atas lapangan, ibaratnya Parma sudah kehilangan 50 persen kekuatan.
Bisa dibilang, Giovinco sudah berhasil mengerek Parma ke papan tengah seorang diri, termasuk membantu
Gialloblu menang
secara beruntun dalam tujuh pertandingan penutup Serie A 2011/12.
Selain itu, musim kemarin merupakan musim tersubur Giovinco dalam
kariernya.
Momen terbaik: Mencetak
golazo alias gol indah saat Parma menang 2-0 di kandang Siena pada 6 Mei 2012. Dari jarak sekitar 28 meter, Giovinco melepaskan sebuah
half-volley drive
yang melambung keras dan membentuk parabola sebelum menukik turun serta
menghunjam gawang Siena. Sejumlah portal internasional seperti
forzaitalianfootball.com bahkan menobatkannya sebagai gol terbaik Serie A 2011/12!
2. Zlatan Ibrahimovic (Milan - Striker)Ibra, sang
Capocannoniere Serie A!
Ledakan
28 gol membuatnya jadi mesin gol terbaik di Serie A musim 2011/12
kemarin, mengalahkan sejumlah nama besar lain, seperti Milito, Cavani,
hingga raja gol musim sebelumnya, Di Natale.
Tapi, itu masih belum semua.
Dia merupakan ruh lini depan Milan, pemain kunci
Rossoneri dalam perburuan
Scudetto melawan
Juventus. Di tengah terpaan badai cedera yang menimpa sejumlah pemain
intinya, Milan masih sanggup bersaing hingga tikungan terakhir. Semua
itu berkat
power,
skill, visi, kreativitas dan gol-gol seorang
Zlatan Ibrahimovic.
Meski tanpa didampingi Cassano, duet sehatinya, Ibra ternyata tak
kehilangan sentuhan. Milan patut bersyukur nama Ibra tidak termasuk
dalam daftar cedera panjang mereka.
Ibra memang sosok yang
kontroversial. Dia sempat menampar wajah Salvatore Aronica kala ditahan
tanpa gol oleh Napoli. Akan tetapi, terlepas dari sisi negatifnya, Ibra
adalah striker hebat yang menciptakan rasa tidak aman bagi barisan
pertahanan tim-tim lawan karena dia mampu menerima hampir segala jenis
operan dan sanggup menciptakan gol, bahkan dari sudut tersulit maupun
kondisi nyaris mustahil sekali pun.
Dengan adanya Ibra, lini
depan Milan menjelma jadi kekuatan yang sangat menakutkan, bahkan Milan
pun mengakhiri musim dengan gelontoran 74 gol, terbaik di antara semua
kontestan Serie A.
Momen terbaik: Mencetak dua gol saat
Rossoneri menang
4-1 di kandang Siena pada 29 April 2012. Dua gol itu membuat koleksi
Ibra menjadi 26 atau melewati rekor 25 golnya dalam satu musim liga
ketika masih memperkuat Inter pada musim 2008/09.
1. Andrea Pirlo (Juventus - Gelandang)Ada satu perbedaan signifikan antara Ibrahimovic dengan
Andrea Pirlo yang membuatnya layak menerima gelar pemain nomor satu.
Ibra
bisa membuat lini depan Milan jadi kekuatan menakutkan, sedangkan Pirlo
sanggup membuat SELURUH lini Juventus tak terhentikan.
Pirlo merupakan titik awal serangan Juventus dan menjadi pusat kendali yang menghubungkan para gelandang,
winger,
serta striker Juventus. Terlebih lagi, dia melakukannya tidak dengan
cara biasa, tapi secara konsisten dalam level kelas dunia.
Pirlo,
33, memang tak lagi secepat tahun-tahun sebelumnya ketika masih
berkostum Milan. Tapi, siapa yang butuh kecepatan jika punya kemampuan
untuk mengendalikan lini tengah dan mengatur irama pertandingan dengan
cara yang luar biasa?
Sang
deep-lying playmaker dengan
set-piece skill dan
pinpoint pass-nya adalah nyawa permainan, serta sosok
regista yang sudah lama diharapkan oleh
La Vecchia Signora. Dia merupakan
starter reguler Juventus dan keluar sebagai pencetak
assist terbanyak
(13) serta menjadi sosok sentral dalam keberhasilan timnya memuncaki
takhta Serie A setelah mengakhiri perlawan Milan, bekas klubnya.
Kehebatan Pirlo dalam mengendalikan permainan terlihat jelas dari jumlah
pass yang
dilepaskannya. Pirlo mencatatkan rasio operan terbaik dibandingkan
pemain-pemain lain di Serie A 2011/12, yaitu 87 per laga. Itu jauh
dibandingkan peringkat kedua atas nama De Rossi, yang mencatatkan rasio
65,6 operan per laga. Pirlo juga terdepan dalam kategori
key pass (3,5) serta
long ball (11,4) dan terbaik kedua untuk urusan umpan silang akurat (2,6).
Musim
2011/12 kemarin merupakan panggung penegasan Pirlo sebagai playmaker
terbaik di Serie A. Banyak yang percaya bahwa Pirlo adalah anugerah
terindah
La Vecchia Signora dari sang rival, AC Milan.
Momen terbaik: Menjadi
man of the match kala membungkam Catania 3-1 di Juventus Arena pada
giornata 22 dan membawa
Bianconeri ke puncak klasemen sementara. Pirlo menyamakan kedudukan lewat eksekusi tendangan bebas yang sudah menjadi
trademark-nya; itu merupakan salah satu dari total tiga gol Pirlo musim kemarin. Kemudian, sederet
set piece dan operan fantastisnya berbuah
assist untuk
gol kedua serta ketiga Juventus di laga tersebut. Operan-operannya
sungguh luar biasa. Di tengah rapatnya pertahanan Catania, setiap bola
dari kakinya seolah memiliki jalur bebas hambatan sendiri menuju para
pemain Juventus lainnya. Penampilan yang brilian dari Pirlo!