Bahasa Cirebon
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Cirebon atau disebut oleh masyarakat setempat sebagai
Basa Cerbon
ialah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai
daerah Pedes hingga Cilamaya di Kabupaten Karawang, Blanakan,
Pamanukan, Pusakanagara, Pusaka Ratu, Compreng di Kabupaten Subang,
Jatibarang di Kabupaten Indramayu, Ligung, Jatitujuh, Sumberjaya,
Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Palasah, Jatiwangi
[1], Sukahaji dan Sindang
[2] di Kabupaten Majalengka sampai Cirebon dan Losari Timur di Kabupaten Brebes di Provinsi Jawa Tengah.
Pengaruh
Dahulu dialek ini digunakan dalam perdagangan di pesisir Jawa Barat
mulai Cirebon yang merupakan salah satu pelabuhan utama, khususnya pada
abad ke-15 sampai ke-17. Bahasa Cirebon dipengaruhi pula oleh budaya
Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan
Sunda, khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka dan juga
dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa hal ini dibuktikan dengan
adanya kata "Taocang (Kuncir)" yang merupakan serapan China, kata "Bakda
(Setelah)" yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata "Sonder
(Tanpa)"
[3] yang merupakan serapan bahasa eropa (Belanda). Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno
bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya ingsun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh
bahasa Jawa Baku.
Beberapa ahli percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan
telah ada sebelum permulaan zaman hindu dan telah mempengaruhi
kebudayaan masyarakat Jawa. sebagai hasilnya dapat ditemui dua macam
hasil karya sastra cirebonan, yang disebut "tembang gedhe dan tembang
tengahan" setelah Cirebon dijadikan pusat dari penyebar agama islam oleh
walisanga, yang diperkirakan sekitar abad ke 14 - 15masehi, "tembang
cilik" yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai "tembang macapat"
muncul. setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis,
banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui
komunikasi (tatap muka).
[4]
Perdebatan Bahasa Cirebon (Dialek Bahasa Jawa atau Bahasa Mandiri)
Perdebatan tentang Bahasa Cirebon sebagai Sebuah Bahasa yang Mandiri
terlepas dari Bahasa Sunda dan Jawa telah menjadi perdebatan yang cukup
Panjang, serta melibatkan faktor Politik Pemerintahan, Budaya serta Ilmu
Kebahasaan.
Bahasa Cirebon Sebagai Sebuah Dialek Bahasa Jawa
Penelitian menggunakan kuesioner sebagai indikator pembanding
kosakata anggota tubuh dan budaya dasar (makan, minum, dan sebagainya)
berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosa kata bahasa
Cirebon dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
mencapai 75 persen, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur
mencapai 76 persen.
[5]
Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya
membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.
[5]
Meski kajian Linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon
”hanyalah” dialek (Karena Penelitian Guiter mengatakan harus berbeda
sebanyak 80% dari Bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003
masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah
dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap perda tersebut.
Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah
saja karena perda adalah kajian politik. Dalam dunia kebahasaan menurut
dia, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas
dasar pengakuan oleh penuturnya, kedua atas dasar politik, dan ketiga
atas dasar Linguistik.
Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari bahasa
Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas
dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di
negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim
sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon
sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam
perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika
dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.
Artinya, ketika perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar,
Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi,
dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang
berbeda.
[6]
Bahasa Cirebon sebagai Bahasa Mandiri
Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen
linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi
politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut
orang Jawa maupun orang Sunda. Ketua
Lembaga Basa lan Sastra Cirebon
Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa
Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa
memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon
terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosa kata dari bahasa Jawa
maupun Sunda.
-
- ”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya
saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya. Jika akan dilakukan
revisi atas perda tadi, kemungkinan besar masyarakat bahasa Cirebon akan
memprotes.
Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat
kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru
yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan..
[7]
Bahasa Cirebon atau disebut oleh masyarakat setempat sebagai
Basa Cerbon
ialah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai
daerah Pedes hingga Cilamaya di Kabupaten Karawang, Blanakan,
Pamanukan, Pusakanagara, Pusaka Ratu, Compreng di Kabupaten Subang,
Jatibarang di Kabupaten Indramayu, Ligung, Jatitujuh, Sumberjaya,
Dawuan, Kasokandel, Kertajati, Palasah, Jatiwangi
[8], Sukahaji dan Sindang
[9] di Kabupaten Majalengka sampai Cirebon dan Losari Timur di Kabupaten Brebes di Provinsi Jawa Tengah.
Pengaruh
Dahulu dialek ini digunakan dalam perdagangan di pesisir Jawa Barat
mulai Cirebon yang merupakan salah satu pelabuhan utama, khususnya pada
abad ke-15 sampai ke-17. Bahasa Cirebon dipengaruhi pula oleh budaya
Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan
Sunda, khususnya Sunda Kuningan dan Sunda Majalengka dan juga
dipengaruhi oleh Budaya China, Arab dan Eropa hal ini dibuktikan dengan
adanya kata "Taocang (Kuncir)" yang merupakan serapan China, kata "Bakda
(Setelah)" yang merupakan serapan Bahasa Arab dan kemudian kata "Sonder
(Tanpa)"
[10] yang merupakan serapan bahasa eropa (Belanda). Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno
bahasa Jawa seperti kalimat-kalimat dan pengucapan, misalnya ingsun (saya) dan sira (kamu) yang sudah tak digunakan lagi oleh
bahasa Jawa Baku.
Beberapa ahli percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan
telah ada sebelum permulaan zaman hindu dan telah mempengaruhi
kebudayaan masyarakat Jawa. sebagai hasilnya dapat ditemui dua macam
hasil karya sastra cirebonan, yang disebut "tembang gedhe dan tembang
tengahan" setelah Cirebon dijadikan pusat dari penyebar agama islam oleh
walisanga, yang diperkirakan sekitar abad ke 14 - 15masehi, "tembang
cilik" yang kebanyakan orang menyebutnya sebagai "tembang macapat"
muncul. setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis,
banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui
komunikasi (tatap muka).
[11]
Perdebatan Bahasa Cirebon (Dialek Bahasa Jawa atau Bahasa Mandiri)
Perdebatan tentang Bahasa Cirebon sebagai Sebuah Bahasa yang Mandiri
terlepas dari Bahasa Sunda dan Jawa telah menjadi perdebatan yang cukup
Panjang, serta melibatkan faktor Politik Pemerintahan, Budaya serta Ilmu
Kebahasaan.
Bahasa Cirebon Sebagai Sebuah Dialek Bahasa Jawa
Penelitian menggunakan kuesioner sebagai indikator pembanding
kosakata anggota tubuh dan budaya dasar (makan, minum, dan sebagainya)
berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosa kata bahasa
Cirebon dengan bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
mencapai 75 persen, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur
mencapai 76 persen.
[5]
Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya
membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.
[5]
Meski kajian Linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon
”hanyalah” dialek (Karena Penelitian Guiter mengatakan harus berbeda
sebanyak 80% dari Bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003
masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah
dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap perda tersebut.
Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah
saja karena perda adalah kajian politik. Dalam dunia kebahasaan menurut
dia, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas
dasar pengakuan oleh penuturnya, kedua atas dasar politik, dan ketiga
atas dasar Linguistik.
Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah
bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari bahasa
Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas
dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di
negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim
sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon
sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam
perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika
dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.
Artinya, ketika perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar,
Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi,
dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang
berbeda.
[12]
Bahasa Cirebon sebagai Bahasa Mandiri
Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen
linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi
politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut
orang Jawa maupun orang Sunda. Ketua
Lembaga Basa lan Sastra Cirebon
Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa
Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa
memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon
terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosa kata dari bahasa Jawa
maupun Sunda.
-
- ”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya
saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya. Jika akan dilakukan
revisi atas perda tadi, kemungkinan besar masyarakat bahasa Cirebon akan
memprotes.
Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat
kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru
yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan..
[13]
Aksara Cirebon
Bahasa Cirebon dalam perjalanannya menggunakan aksara yang dikenal
dengan nama Cacarakan Cirebon dan juga Aksara Arab Pegon. Aksara
Cacarakan Cirebon merupakan jenis aksara yang bentuknya lebih dekat
dengan aksara Bali ketimbang aksara Carakan Jawa.
Cacarakan Cirebon
Cacarakan Cirebon (Pada Masjid Nur Karomah (Sir Budi Rahsa), Desa Gamel, Kec. Plered, Kab. Cirebon. Photo : Guntur Samudro P)
Alihbahasa dari Cacarakan Cirebon ke Romawi
Mar(a) Adi Ngawas (dekati dengan pengawasan sungguh) Amung Geng Walen (hanya memper) besar walen (atap)
5261 Saka (1625 saka = 1703 Masehi = 1111 / 1113 Hijriah)
DINA AHAD JUMADIL AKIR TAHUN DAL AHIR 82 (?)
artinya
itu adalah aktifitas pembenaran eternit atau atap masjid yang
diperbesar pada tahun 1703 Masehi / 1625 saka, bertepatan dengan 1111
atau 1113 Hijriah
(Diterjemahkan oleh Dodie Yulianto - Lembaga Basa lan Sastra Cirebon)-->
Kosakata
Sebagian besar kosa kata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan
dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi
maupun fonetik. Memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon
dengan di Indramayu itu meskipun termasuk bahasa Jawa, mempunyai
perbedaan cukup besar dengan “bahasa Jawa baku”, yaitu bahasa yang
diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo.
Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak
dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga
gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti
dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah
dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi,
ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk
menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya,
yaitu Bahasa Jawa dialek Cirebon.
[14]
namun penerbitan buku penujang pelajaran bahasa daerah yang terjadi
tahun selanjutnya tidak mencantumkan kata "Bahasa Jawa dialek Cirebon"
lagi, akan tetapi hanya menggunakan kata "Bahasa Cirebon" hal ini
seperti yang telah dilakukan pada penerbitan buku penunjang pelajaran
bahasa cirebon pada tahun 2001 dan 2002. "Kamus Bahasa Cirebon" yang
ditulis oleh almarhum bapak Sudjana sudah tidak mencantumkan Kata
"Bahasa Jawa dialek Cirebon" namun hanya "Kamus Bahasa Cirebon" begitu
juga penerbitan "Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon" pada tahun 2002 yang
tidak mununjukan lagi keberadaan Bahasa Cirebon sebagai bagian dari
Bahasa Jawa, namun menunjukan eksistensi Bahasa Cirebon sebagai bahasa
yang mandiri.
Perbandingan Bahasa Cirebon Bagongan (Bahasa Rakyat)
Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Cirebon dengan bahasa
lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Serang (Jawa Banten),
Bahasa Jawa dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek
Surakarta - Yogyakarta) dalam level
Bagongan atau Bahasa Rakyat.
Ateng |
Enang |
Adi |
|
|
Dimas |
Dede |
Adik Laki-laki |
Nong |
|
|
|
|
Diayu |
Dede |
Adik Perempuan |
kita |
kita/reang/isun |
inyong/nyong |
inyong/nyong |
nyong |
aku |
urang |
aku/saya |
sire |
sira |
rika |
koen |
koe |
kowe |
maneh |
kamu |
pisan |
pisan |
banget |
nemen/temen |
nemen/temen/teo |
tenan |
pisan |
sangat |
keprimen |
kepriben/kepriwe |
kepriwe |
kepriben/priben/pribe |
keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe |
piye/kepriye |
kumaha |
bagaimana |
ore |
ora/beli |
ora |
ora/belih |
ora |
ora |
enteu |
tidak |
manjing |
manjing |
mlebu |
manjing/mlebu |
manjing/mlebu |
mlebu |
asup |
masuk |
arep |
arep/pan |
arep |
pan |
pan/pen/ape/pak |
arep |
arek |
akan |
sake |
sing |
sekang |
sing |
kadi/kading |
seko |
ti |
dari |
kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Acuk |
Pakaian |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Barat |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Meuli |
Beli |
Durung |
Durung |
Durung |
Durung |
Durung |
Durung |
Euncan |
Belum |
Kependak |
Kepetuk |
Kepetuk |
Kepetuk |
|
|
Kapanggih |
Bertemu |
Bise |
Bisa |
Bisa |
Bisa |
Bisa |
Bisa |
Bisa |
Bisa |
Lan |
Lan |
Lan |
Lan |
Lan |
Lan |
Jeung |
Dan |
Teke |
Teka |
Teka |
Teka |
Teka |
Teka |
Datang |
Datang |
Kare |
Karo |
Karo |
Karo |
Karo |
Karo |
Jeung |
Dengan |
Entek |
Entek / Kasepan* |
Entek |
Entek |
Entek |
Entek |
Beak |
Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang) |
Perbandingan Bahasa Cirebon Bebasan (Bahasa Halus)
Berikut ini adalah perbandingan antara
bebasan (Bahasa Halus) Cirebon,
bebasan Pemalangan, dengan
bebasan Serang (Jawa Banten)
Kasih |
Jeneng |
Jeneng/nami/asmi |
Nami |
Nama |
Boten |
Boten |
Mboten |
Enteu |
Tidak |
Teteh |
Rara/Yayu |
Mbak/mbakyu |
Teteh |
Kakak perempuan (mbak) |
Koh/iku/puniku |
Kuh/puniku |
Puniku/niku |
Eta |
Itu |
Kepetuk |
Kapanggih |
Kepanggih |
Kapanggih |
Ketemu |
Iki |
Kih |
Niki |
Iyeu |
Ini |
nggih |
Inggih |
Inggih/nggih |
Muhun |
Ya |
Ugi |
Ugi |
Ugi |
Oge |
Juga |
Kelipun |
Punapa |
Kenging nopo |
Naha |
Kenapa |
Hampura |
Hampura |
Ngampunten |
Hampura |
Maaf |
Sege |
Sekul |
Sekul |
Sangu |
Nasi |
Linggar |
Kesah |
Tindak/kesah |
Angkat |
Pergi |
Darbe |
Gadah |
Gadah |
Gaduh |
Punya |
Seniki |
Seniki |
Sakniki |
Dinten iyeu |
Sekarang |
Matur nuhun |
Matur nuwun/kesuwun |
Matur nuwun |
Hatur nuhun |
Terima kasih |
Ayun ning pundi |
Bade pundi |
Bade teng pundi |
Bade kamana |
Mau kemana? |
Pasar |
Peken |
Peken |
Pasar |
Pasar |
Salah |
Sawon |
Salah |
Salah |
Salah |
Kule |
Kula |
Kulo |
Kuring |
Saya |
Uning |
Uning |
Ngertos |
Ngartos |
Tahu |
Bangkit |
Saged |
Saged |
Tiasa |
Bisa |
Napik |
Sampun |
Sampun |
Ulah |
Jangan |
Nire |
Sampeyan / Panjenengan |
Sampeyan |
Anjeun |
Anda |
Cepe |
Capeh |
Capeh |
Saur |
Kata |
Gelem |
Bade |
Bade |
Bade |
Mau |
Sare |
Kilem |
Tilem |
Kulem |
Tidur |
Mantuk |
Wangsul |
Wangsul |
Wangsul |
Pulang |
Saos |
Mawon |
Mawon |
Wae |
Saja |
Wau |
Wau |
Wau |
Tadi |
Tadi |
Maler |
Maksih |
Tesih |
Masih |
Masih |
Kamus Bahasa Indonesia - Cirebon
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan, Indramayu Ngoko dan Indramayu Krama (
Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken[17]) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
Abad |
? |
Abad |
Lestantum |
Abad |
|
Abang |
Abrit |
Abang |
Abrit |
Merah |
|
Abot |
? |
Abot |
Awrat |
Berat |
|
Adi |
|
Adi |
|
Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan) |
|
Nang / Enang |
Ayi |
Nang |
Rayi |
Adik (Laki-Laki) |
|
Adoh |
Tebih |
Adoh |
Tebih |
Jauh |
|
Adol |
Sadean |
Adol |
Sadean |
Dagang |
|
Adu |
Aben |
Adu |
Aben |
Adu |
|
Adus |
Siram |
Adus |
Siram |
Mandi |
|
Adhem |
? |
Adhem |
Asrep |
Sejuk |
|
Agama |
Agami |
Agama |
Agami |
Agama |
|
Aja |
Sampun |
|
|
Jangan |
(Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!" |
Akeh |
Katah |
Akeh |
Katah |
Banyak |
|
Kakang |
Raka |
Kakang |
Raka |
Kakak Laki-Laki |
|
Aki |
Ki |
Kaki |
? |
Kakek |
|
Aku |
Akên |
|
|
Aku (Mengaku) |
ngaken (mengaku) |
Alas / Luwung |
Wana |
Alas |
Wana |
Hutan |
|
Alih |
? |
|
|
Pindah |
(Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan) |
Amarga |
Amargi |
|
|
Akibat |
(amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon
ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa
Bebasan Cirebon yang benar) |
Aig / Age |
Aglis |
Cepet / Gage |
Enggal |
Segera |
|
Amba |
Wiwir |
Amba |
Wiyar |
Luas |
|
Ambir |
Supadon |
|
|
Biar |
|
Amit /Permisi |
? |
Amit |
Nuwun Sewu |
Permisi |
|
Ana |
Wenten |
Ana |
Wonten |
Ada |
|
Angel |
Susah |
Angel |
Sesaha |
Susah |
|
Angon |
Angen |
Angon |
Angen |
Gembala |
Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau) |
Angot |
? |
Kumat |
Kimat |
Kambuh |
|
Antarane |
Antawise |
Antarane |
Antawise |
Antaranya |
|
Apa |
Punapa |
Apa |
Punapa |
Apa |
|
Apik |
Sae |
Apik |
Sae |
Baik |
|
Aran |
Jeneng / Asmi |
Aran |
Nami/Asmi |
Nama |
|
Arep |
Ajeng |
Arep |
Ajeng |
Akan |
|
Arep mendhi |
Bade pundi |
Arep mendhi / Garep Mendhi |
Bade pundi |
Mau ke mana? |
|
Asli |
? |
Asli |
Sesupe |
Asli |
|
Asu |
? |
Asu |
Segawon |
Anjing |
|
Ati |
Manah |
Ati |
Manah |
Hati |
|
Aturan |
Pakem |
|
|
Aturan |
|
Awan |
Siyang |
Awan |
Rina / Siang |
Siang |
|
Awak |
Selira / Badan |
Awak |
Salira / Badan |
Badan |
|
Ayam |
Sawung |
Ayam |
Sawung |
Ayam |
|
Bae |
Mawon |
Bae |
Mawon |
Saja |
|
Bagen |
Sanggine |
Bagen |
Kêrsanipun |
Biarkan |
|
Bagus |
Sae |
Bagus |
Sae |
Bagus |
|
Baka |
Menawi |
Baka |
Menawa |
Kalau |
|
Balik |
Wangsul |
Balik |
Wangsul |
Pulang |
|
Banyu |
Toya |
Banyu |
Toya |
Air |
|
Bapak |
Rama |
Bapak |
Rama |
Bapak |
|
Batur |
Rencang |
Batur |
Rencang |
Kawan |
|
Banyu |
Toya |
Banyu |
Toya |
Air |
|
Bari |
Kaliyan |
Bareng |
Sesarengan |
Bersama |
|
Bawi |
? |
Celeng |
Andhapan |
Babi |
|
Bebek |
? |
Bebek |
Kambangan |
Bebek |
|
Belah |
Palih |
Belah |
Palih |
Sepalih (sebelah) |
|
Beli / Ora |
Boten |
|
|
Tidak |
|
Bênêr |
Lêrês |
Bênêr |
Lêrês |
Benar |
|
Bendrongan |
? |
|
|
Main Musik |
(Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan" |
Bêngên |
Rumiyen |
Bêngên |
Rumiyin / Sengen |
Dahulu |
|
Bêngi |
Dalu |
Bêngi |
Dalu |
Malam |
|
Beras |
Uwos |
Beras |
Uwos |
Beras |
|
Bobad |
? |
Bobad |
|
Bohong |
|
Bocah / Anak |
Lare |
Anak |
Lare |
Anak |
|
Bokat |
? |
|
|
Takut / Barangkali |
"aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana"
(saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di
sana) |
Bonggan |
? |
|
|
Awas! |
Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang |
Brêsi |
Rêsik |
Bersih |
Rêsik |
Bersih |
|
Bubar |
Bibar |
Bubar |
Bibar |
Bubar |
|
Bulit |
? |
|
|
Curang |
|
Buri |
Wingking |
Buri / Guri |
Wingking |
Belakang |
Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang) |
Buru-Buru |
Kêsusu |
Buru-Buru |
Bujêng-bujêng |
Tergesa-gesa |
|
Buwang |
Bucal |
Buwang |
Bucal |
Buang / Melemparkan |
|
Cangkêm |
Lêsan |
Cangkêm / Tutuk |
Lêsan |
Mulut |
|
Caos |
Seba |
? |
? |
Menghadap / Menemui |
|
Carita |
? |
Crita |
Crios |
Cerita |
|
Cêg |
? |
Cêkêl |
Ngasta |
Pegang |
Cêgcêgan (Pegangan) |
Cilik |
Alit |
Cilik |
Alit |
Kecil |
|
Coba |
Cobi |
Coba |
Cobi |
Coba |
|
Cungur / Irung |
? |
Irung |
Grana |
Hidung |
|
Cukur |
Paras |
Cukur |
Paras |
Cukur |
|
Dadi |
Dados |
Dadi |
Dados |
Jadi |
|
Dagang |
Sadean |
Dagang |
Sadean |
Dagang |
|
Dake |
Gadah |
|
|
Punya (Dapat) |
|
Dalan |
Dêrmagi |
Dalan |
Marga |
Jalan |
|
Dandan |
? |
Dandan |
Dandos |
Berhias |
|
Dawuk |
? |
|
|
Dewasa |
|
Dêlêng |
Ningali |
Dêlêng |
Ningali / Mirsani |
Melihat |
|
Dhadha |
Jaja |
Dhadha |
Jaja |
Dada |
|
Damar |
Pandhêm |
Damar |
Pandam |
Lampu |
|
Dêmên |
Tresna |
Dêmên |
Tresna |
Cinta |
|
Dêmplon |
? |
|
|
Seksi |
|
Dêngkul / Tur |
? |
Dêngkul |
Jengku |
Lutut |
|
Dewek |
Piyambêk |
|
|
Sendiri |
|
Di |
Di |
Di |
Dipun |
Di (Imbuhan) |
Cirebon Bebasan : "Dibarokahi", dialek Indramayu Krama : "Dipun Barokahi" |
Dina |
Dintên |
Dina |
Dintên |
Hari |
(Sedinten-dinten = Sehari-hari) |
Dolan |
? |
Dolan |
? |
Main |
|
Dom |
Jarum |
Dom |
Jarum |
Jarum |
|
Doyan |
Purun / Kersa |
Doyan |
Purun / Kersa |
Suka / Mau |
|
Duit |
Yatra |
Duit |
Yatra |
Uang |
|
Dulung |
Ndahari |
Dulang |
Ndahari |
Suap (Makan) |
|
Durung |
Dêrêng |
Durung |
Dêrêng |
Belum |
|
Duwe |
Gadah |
Duwe |
Gadah |
Punya |
|
Duwur |
Inggil |
Duwur |
Inggil |
Tinggi |
|
êling |
êmut |
êling |
êmut |
Ingat |
|
êmbah |
êyang |
êmbah |
êyang |
Kakek-Nenek |
|
Embuh |
Wikan |
Embuh |
Kirangan / Wikan |
Tidak Tahu |
|
? |
? |
Embun-embunan |
Pasundulan |
Embun-embun |
|
Emong |
Boten |
Emong |
Mboten |
Tidak Mau |
|
Enak |
Eca |
Enak |
Eca |
Enak |
|
êndas |
Sirah |
|
|
Kepala |
|
êndhêp |
êndhap |
êndhêp / Cindek |
êndhap |
Pendek |
|
êndi |
Pundi |
êndi |
Pundi |
Mana |
|
êndog |
Tigan |
êndog |
Tigan |
Telur |
|
êngko |
Ajeng |
|
|
Nanti |
|
ênom |
ênêm |
ênom |
ênêm / timur |
Muda |
|
êntêk |
Têlas |
êntok |
Têlas |
Habis |
|
Enteni |
? |
Enteni |
Entosi |
Menunggu |
|
Erti |
Ertos |
|
|
Arti |
(Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan
ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya
bagus!) |
Esuk |
Enjing |
Esuk |
Enjing |
Pagi |
|
Etung |
Etang |
Etung |
Etang |
Hitung |
|
Gajah |
Liman |
Gajah |
Liman |
Gajah |
|
Gampang |
Gampil |
Gampang |
Gampil |
Mudah |
|
Ganti |
Gantos |
Ganti |
Gantos |
Ganti |
|
Gawa |
Bakta |
Gawa |
Bakta |
Bawa |
mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan) |
Gawe |
Damel |
Gawe |
Damel |
Kerja |
|
Gedang |
Pisang |
|
|
Pisang |
|
Gede |
Ageng |
|
|
Besar |
|
Gêlêm |
Purun |
Gêlêm |
Purun |
Mau |
|
Gelang |
Binggel |
Gelang |
Binggel |
Gelang |
|
Gelung |
Ukel |
Gelung |
Ukel |
Gulung |
|
Gemuyu |
Gemujeng |
Gemuyu |
Gemujeng |
Tertawa |
|
Gen |
Ugi |
|
|
Juga |
|
Genap |
Jangkep |
Genap |
Jangkep |
Lengkap |
|
Geni |
Brama |
Geni |
Brama |
Api |
|
Gering / Kuru /Pêyang |
? |
Gering |
Kera |
Kurus |
|
Getek |
? |
|
|
Geli |
|
Getih |
Rah |
Getih |
Rah |
Darah |
|
Gigir |
Pêngkêran |
Gigir |
Pêngkêran |
Punggung |
|
Godhong |
Ron |
Godhong |
Ron |
Daun |
|
Golek |
? |
Golek |
Pados |
Wayang Kayu (Golek) |
|
Gugah |
Wungu |
Gugah |
Wungu |
Bangun |
|
Gula |
Gêndis |
Gula |
Gêndis |
Gula |
|
Gulu |
Jangga |
Gulu |
Jangga |
Leher |
|
Gawean |
Damelan |
? |
Guneman |
Pekerjaan |
|
Guyon |
Gujêng |
Guyon |
Gujêng |
Bercanda |
Gegujengan (Bercandaan) |
Idêp |
Ibing |
Idep |
Ibing |
Bulu Mata |
|
Idu |
Kecoh |
Idu |
Kecoh |
Ludah |
|
Iga |
? |
Iga |
Unusan |
Iga |
|
Ijo |
Ijêm |
Ijo |
Ijêm |
Hijau |
|
Ilang |
Ical |
Ilang |
Ical |
Hilang |
|
Ilat |
Lidah |
Ilat |
Lidah |
Lidah |
|
Imbuh |
? |
Imbuh |
Tanduk |
Tambahan |
|
Inep |
? |
Inep |
Sipeng |
Bermalam |
|
Ingu |
Ingah |
Ingu |
Ingah |
Pelihara |
|
Irêng |
Cêmêng |
Irêng |
Cêmêng |
Hitam |
|
Isor |
Andhap |
Isor |
Andhap |
Bawah |
|
Isin |
Lingsem |
Isin |
Lingsem |
Malu |
|
Isun |
Ingsun / Kula |
Reang / Kita |
Kula |
Saya |
|
Iwak |
Ulam |
Iwak |
Ulam |
Ikan |
|
Iya |
Inggih |
Iya |
Inggih |
Ya |
|
Jaga |
Raksa |
Jaga |
Reksa |
Jaga |
Njaga, Ngraksa (Menjaga) |
Jago |
Sawung |
Jago |
Sawung |
Ayam Jago |
|
Jagong |
Linggih |
Dodok |
Linggih |
Duduk |
|
Jala |
Jambêt |
Jala |
Jambêt |
Jala |
|
Jalir |
? |
? |
? |
Pelacur |
|
Jaluk |
Pundhut |
Jupuk / Jokot |
Pendhet |
Ambil |
|
Jamu |
Jampi |
Jamu |
Jampi |
Jamu |
|
Jaran |
? |
Jaran |
Titihan |
Kuda |
|
Jare |
Cape |
Jare |
Criyos |
Kata (Ucap) |
Cirebonan : "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?) |
Jenggot |
? |
Jenggot |
Gumbala |
Jenggot |
|
Jêriji |
? |
Driji |
Racikan |
Jari |
|
Jero |
Lebet |
Jero |
Lebet |
Dalam |
|
Jingkat |
? |
Kaget |
Kejot |
Terkejut |
|
Joget |
? |
Joged |
Beksa |
Goyang |
|
Kabar / Warta |
Wartos |
Kabar / Warta |
Wartos |
Berita |
|
Kabeh |
Sedantên |
Kabeh |
Sêdaya |
Semua |
|
Kabênêran |
Kalêrêsan |
Kabêran |
Kêlêrêsan |
Kebetulan |
|
Kaca |
|
Kaca |
Paningalan |
Kaca |
|
Kae |
Punika |
Kaen |
Punika |
Itu (Dekat dengan si Pembicara) |
|
Kali / Lêpên |
Benawi |
Kali / Lêpên |
Benawi |
Sungai |
|
Kalung |
? |
Kalung |
Sangsangan |
Kalung |
|
Kandha |
? |
Kandha |
Sanjang |
Bercerita |
|
Kanggo |
Kangge |
Kanggo |
Kangge |
Untuk |
|
Karang |
Kawis |
Karang |
Kawis |
Karang |
|
Karena |
Kêrantên |
|
|
Karena |
|
Kari |
Kantun |
Kari |
Kantun |
Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir |
Kantun-kantun (akhirnya) |
Karo |
Kaliyan |
Karo |
Kaliyan |
Bersama |
Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?) |
Karo |
Sareng |
Karo |
|
Dengan |
(Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!") |
Katon |
Kêtingal |
Katon |
Kêtingal |
Dapat dilihat |
|
Katok / Cangcut |
Lancing |
Katok |
Lancing |
Celana dalam |
|
Kaweruh |
|
Kaweruh |
Seserepan |
Pengetahuan |
|
Kaya / ala-ala |
Kados |
Kaya |
Kados |
Seperti |
(Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu) |
Kayu |
Kajeng |
Kayu |
Kajeng |
Kayu |
|
Kebanjur |
? |
Kebanjur |
Kelajeng |
Tersiram |
|
Kêbo |
? |
Kêbo |
Maesa |
Kerbau |
|
Kêdêr |
Ewed |
Kêdêr |
Ewed |
Bingung |
|
Kelanjutan |
Kelanjêngan |
|
|
Kelanjutan |
|
Kelapa |
Kerambil |
Kelapa |
Kerambil |
Kelapa |
|
|
|
Keliru |
Klentu |
Keliru |
|
Kembang |
Sekar |
Kembang |
Sekar |
Bunga |
|
Kêmit |
? |
|
|
Jaga (Tugas Jaga) |
Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa) |
Kêmul |
Singep |
Kêmul |
Singep |
Selimut |
|
Kên / Kahin / Jarit |
Sinjang |
Jarit |
Sinjang |
Kain |
|
Kene |
Riki |
Kene |
Riki |
Sini |
|
Kêponakan |
Kêpênakan |
Kêponakan |
Kêpênakan |
Keponakan |
|
Kêpriben |
Kêpripun |
Kêpriben |
Kêpripun |
Bagaimana |
|
Kêramas |
Jamas |
Kramas |
Jamas |
Keramas |
|
Kêrasan / Bêtah |
? |
Krasan |
Kraos |
Betah |
|
Kêringet |
Riwe |
Kêringet |
Riwe |
Keringat |
|
Kêris |
? |
Keris |
Duwung |
Keris |
|
Kêrtas |
Dalancang |
Kertas |
Dlancang |
Kertas |
Cirebonan : "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu) |
Kêtara |
|
Ketara |
Ketawis |
Jelas |
|
Kêtemu |
Kêpanggih |
Kêtemu |
Kêpanggih |
Bertemu |
|
Kêtuwon |
? |
|
|
Percuma / tidak dilayani dengan baik |
|
Kêyok |
? |
Kalah |
Kawon |
Kalah |
Kekalahan (Cirebon : Kasoran) |
Kie |
Puniki / Kih |
Enya / Kien |
Puniki / Niki |
Ini |
|
Kijing |
Sekaran |
Kijing |
Sekaran |
Gilang Makam |
|
Kira |
Kinten |
Kira |
Kinten |
Kira (Perkiraan) |
Kinten-Kinten (Kira-Kira) |
Kirim |
Kintun |
Kirim |
Kintun |
Kirim |
|
Klambi |
Rasukan |
Klambi |
Rasukan |
Pakaian |
|
Kongkon |
Kengken |
Kongkon |
Kengken |
Suruh |
|
Kuburan |
Pasarean |
Kuburan |
Pasarean |
Kuburan |
|
Kudu / Mesthi |
Kedah |
Kudu |
Kedah |
Harus |
|
Kuku |
? |
Kuku |
Kenaka |
Kuku |
|
Kulon |
Kulen / Kulwan |
Kulon |
Kulen |
Barat |
|
Kumat |
|
Kumat |
Kimat |
Kumat |
|
|
|
Kumpul |
Kêmpal |
Kumpul |
|
Kuna |
Kina |
Kuna |
|
Kuno |
|
Kuning |
Jener |
Kuning |
Jenar |
Kuning |
|
Kuping |
Talinga |
Kuping |
Talingan |
Telinga |
|
Kurang |
Kirang |
Kurang |
Kirang |
Kurang |
|
Kuwasa |
|
Kuwasa |
Kuwaos |
Kuasa |
|
|
|
Kuwatir |
Kuwaos |
Khawatir |
|
Kuwayang |
? |
|
|
Terbayang |
|
Kuwe |
Kuh / Puniku |
Kuwen |
Kuh / Puniku |
Itu |
(Jauh dari si pembicara) |
Lahiran |
? |
Bayen |
? |
Melahirkan |
|
Lain |
Dudu / Sanes |
Dudu |
Sanes |
Bukan |
|
Laka |
Botên wêntên |
Langka |
Botên wêntên |
Tidak Ada |
|
Laki |
Jali |
|
|
Suami |
|
Lama |
Dangu |
Lawas |
Lami / Dangu |
Lama |
|
Lamun |
Bilih |
|
|
Seandainya |
|
Lamun |
Umpami |
|
|
Umpama |
|
Lanang |
Jali / Jaler |
Lanang |
Jaler |
Laki-laki |
|
Larang |
Hawis |
Larang |
Awis |
Mahal |
|
Lenga |
Lisa |
|
|
Minyak |
|
Lenga Latung |
Lisa latung |
|
|
Minyak tanah |
|
Lêwih |
Langkung |
|
|
Lebih |
|
Lima |
Gangsal |
Lima |
Gangsal |
Lima |
|
Lunga |
Kesah |
|
|
Pergi |
|
Lupa |
Lêpat |
Klalen |
Kesupen |
Lupa |
|
Luru |
Ngilari |
|
|
Cari |
|
Luru |
Nggulati |
|
|
Cari |
|
Mabok |
Mêndhêm |
êndhêm |
Mêndhêm |
Mabuk |
|
Maca |
Maos |
|
|
Baca |
|
Manfaat / Faedah |
Guna |
Manfaat / Faedah |
Gina |
Manfaat |
|
Mangan |
Dahar |
|
|
Makan |
|
Mangkat |
Tindak |
|
|
Berangkat |
|
Maning |
Malih |
|
|
Lagi |
|
Manjing |
Mlebet |
|
|
Masuk |
|
Mata |
Soca |
|
|
Mata |
|
Mati |
Pejah |
|
|
Mati |
|
Mayid |
Laywan |
Jisim |
Layon |
Jenazah |
|
Melu |
Milet |
|
|
Ikut |
|
Mencleng |
? |
|
|
Lompat |
|
Mêngana |
Mrika |
|
|
Kesana |
|
Mênê |
Mriki |
|
|
Kesini |
|
Mêngkonon |
Mêngkotên |
|
|
Begitu |
|
Mêtu |
Medal |
|
|
Keluar |
|
Mlaku |
Mlampah |
|
|
Berjalan |
|
Mlayu |
Mlajeng |
|
|
Lari |
|
Mungkin |
? |
|
|
Mungkin |
|
Nang / Ning |
Teng |
|
|
Di (Tempat) |
|
Nang Arep |
Teng Ajeng |
|
|
Di Depan |
|
Nang Isor |
Teng Andap |
|
|
Di Bawah |
|
Nang kana |
Teng Riku |
|
|
Di situ |
|
Nang Mendhi |
Teng Pundi |
|
|
Dimana |
|
Nini |
? |
Nini |
? |
Nenek |
|
Ngaji |
Ngaos |
|
|
Mengaji |
|
Nginum |
Ngombe |
|
|
Minum |
|
Nguyu |
Nyeni |
|
|
Kencing |
|
Olih |
Angsal |
|
|
Mendapat |
|
Omong |
Gunêm |
Catur |
Ngendika |
Bicara |
|
Pada |
Sami |
|
|
Sama |
|
Pada bae |
Sami mawon |
|
|
Sama saja |
|
Pancal |
? |
|
|
Tendang |
|
Papat |
Sêkawan |
|
|
Empat |
|
Parêk |
Cakêt |
|
|
Dekat |
|
Pasar |
Pêkên |
|
|
Pasar |
|
Pate |
Padem |
|
|
Padam |
|
Pati |
Patos |
Pati |
Patos |
Terlalu |
Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka) |
Payung |
Pajeng |
Payung |
Pajeng |
Payung |
|
Pêrabot |
Pêranti |
Abah |
Pirantos |
Perabotan |
|
Pêrcaya |
Pêrcantên |
|
|
Percaya |
|
Lawang |
Kontên |
Lawang |
Kontên |
Pintu |
Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas |
Pira |
Pintên |
|
|
Berapa |
|
Piring |
? |
Ajang |
Ambeng |
Piring |
|
Polah |
? |
|
|
oleh / laku |
akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah) |
Punten |
Hampura |
|
|
Maaf |
|
Purun |
? |
|
|
Mau |
Panjenengan purun?(kamu mau?) |
Putih |
Pethak |
|
|
Putih |
|
Rabi / Kurên |
Istri |
Bojo |
Sema |
Istri |
Sekurên = Sejodoh |
Rada |
Rabi |
|
|
Agak |
Rada Manis (agak manis) |
Rewel |
? |
|
|
Cerewet |
|
Ro / Rua |
Kalih |
|
|
Dua |
|
Rungu |
Pireng |
Rungu |
Midhanget |
Dengar |
Ngrungu, Mireng (Mendengar) |
Sabên |
Unggal |
|
|
Setiap |
|
Salah |
Sawon |
|
|
Salah |
|
Sambut |
Sambêt |
|
|
Pinjam |
|
Sapa |
Sintên |
|
|
Siapa |
(Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?") |
Sawah |
Sabin |
|
|
Sawah |
|
Sedang |
Siweg |
|
|
Sedang (Melakukan) |
(Siweg Punapa? "Sedang Apa") |
Sega |
Sêkul |
|
|
Nasi |
|
Sejen |
Liya |
|
|
Lain |
(Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya") |
Sekien |
Sêniki |
|
|
Sekarang |
|
Sekiki |
Benjing |
Sukiki |
Benjing |
Besok |
|
Senajan / Ari |
Menawi |
Ari |
Menawa |
Walau |
|
Seneng |
Bungah |
Berag |
Bingah |
Senang |
|
Setitik |
Sakedik |
|
|
Sedikit |
|
Siji |
Sêtunggal |
|
|
Satu |
|
Sira |
Panjenengan |
|
|
Anda |
|
Sira |
Panjênêngan |
Kowe / Sira |
Sampeyan / Panjenengan |
Kamu |
|
Srog |
Mangga |
Enya |
Mangga |
Silahkan Ambil |
Cirebonan : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Suwe |
|
Suwe |
Lami |
Lama |
|
Ya |
Mangga |
Ayo / Elos |
Mangga |
Silahkan |
Cirebon : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Taken |
Dangu |
Takon |
Taken |
Tanya |
Andangu (Bertanya) |
Tamu |
Sema |
|
|
Tamu |
|
Tanduk |
Singat |
Tanduk |
Singat |
Tanduk |
|
Teka |
Dugi |
Teka |
Dugi |
Tiba |
|
Telu |
Tiba |
? |
? |
Tiga |
|
Terus |
Teras |
|
|
Teruskan |
|
Tua |
Sepuh |
|
|
Tua |
|
Tuku |
Tumbas |
|
|
Beli |
|
Tur |
Tunten |
Bacut |
Lajeng |
Selanjutnya |
|
Turu |
Kilem / Tilem / Kulem |
|
|
Tidur |
|
Umah |
Griya |
|
|
Rumah |
|
Untap |
? |
|
|
Durhaka |
|
Upai |
Sukani |
Upai |
Sukani |
Beri |
Ngupai, Nyukani (Memberi) |
Urip |
Gesang |
|
|
Hidup |
|
Uwis |
Sampun |
|
|
Sudah |
|
Wadon |
Istri |
|
|
Perempuan |
|
Waktu |
Sela |
Waktu |
Waktos |
Waktu |
|
Wanci |
Wayah |
|
|
Saat |
|
Wareg |
Tuwuk |
|
|
Kenyang |
|
Wong |
Tiyang |
|
|
Orang |
|
Wulan |
Sasi |
|
|
Bulan |
|
? |
Kajaba |
|
|
Kecuali |
|
? |
Lan |
|
|
Dan |
|
? |
Jentik |
|
|
Kelingking |
|
? |
Leb |
|
|
Tutup |
"Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu") |
? |
Maksad |
|
|
Maksud |
(Maksadipun = Maksudnya) |
? |
Wiraos |
|
|
Bicara |
|
Belajar |
Sinau / Ginau |
Belajar |
Sinau |
Belajar |
|
? |
Kah |
|
|
Itu |
(dekat dari si pembicara) |
? |
Waras |
|
|
Sehat |
|
? |
Bethek |
Adang |
Bethak |
Menanak Nasi |
|
? |
Serat |
Jungkat |
Serat |
Serabut / Serat |
|
? |
? |
Kengulu |
Kajang |
Bantal |
|
Dialek Bahasa Cirebon
Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon,
Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa
Cirebon dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan,
Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh,
Bahasa Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah
Utara)
Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)
Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh)
merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan
Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan
Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan
dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda.
[20]
Bahasa Cirebon dialek Dermayon
Dialek Dermayon merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan secara
luas di wilayah Kabupaten Indramayu, menurut Metode Guiter, dialek
Dermayon ini memiliki perbedaan sekitar 30% dengan Bahasa Cirebon
sendiri. Ciri utama dari penutur dialek Dermayon adalah dengan
menggunakan kata "Reang" sebagai sebutan untuk kata "Saya" dan bukannya
menggunakan kata "Isun" seperti halnya yang digunakan oleh penutur
Bahasa Cirebon.
Bahasa Cirebon dialek Plered (Cirebon Barat)
Dialek Plered merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat
Kabupaten Cirebon,
dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang
kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira",
dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat ini menggunakan kata "Siro" untuk
mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo" dan Jendela menjadi
"Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat
Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan
"Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai
"Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"
[21]
Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka
Widudung Hamdan :
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..
maso iyo, digawo-gawo menggawe
Sipo :
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu
Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..
Wahyu Pawaka :
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngajar layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...
Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...
adaaaaauuw...
Wahyu Pawaka :
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...
hehee...
Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..
glegek ndipit...
akaka...
Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon
Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek
Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang
dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya
"wong cirebon" sendiri.
[22]
Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon
Ana (Bagongan) |
Ana |
Ano |
Ana |
Ana |
Ada |
Apa (Bagongan) |
Apa |
Apo |
Apa |
Apa |
Apa |
Bapak (Bagongan) |
Bapak |
? |
Bapa / Mama |
Bapak |
Bapak |
Beli (Bagongan) |
Ora |
Oro |
Beli / Ora |
Bli/ora |
Tidak |
Dulung (Bagongan) |
Dulang |
Dulung |
Muluk |
Suap |
Suap (Makan) |
Elok (Bagongan) |
Sokat |
Lok |
Sok |
Ilok |
Pernah |
Isun (Bagongan) |
Reang |
Isun |
Isun / Kita |
Nyong / Kita |
Saya |
Kula (Bebasan) |
Kula |
Kulo |
Kula |
Kula |
Saya |
Lagi apa? (Bagongan) |
Lagi apa? |
Deng apo? |
Lagi Apa |
Lagi Apa |
Sedang apa? |
Laka (Bagongan) |
Laka |
Lako |
Laka |
Laka / langka |
Tidak ada |
Paman (Bagongan) |
Paman |
Paman |
Mang |
Mamang |
Paman |
Salah (Bagongan) |
Salah |
Salo |
Salah |
Salah |
Salah |
Sewang (Bagongan) |
Sewong |
Sawong |
- |
Sewang / Ewang |
Seorang (Masing-masing) |
- Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah
Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama
penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya,
sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah,
Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah
percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon
dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau
Jawa Setengah.
Daftar Pustaka
- ^ Tim
Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa
Barat". Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Wulandari,
Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern
Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese
texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ a b c d Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon(Edisi Tahun 2009)
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Tim
Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa
Barat". Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Wulandari,
Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern
Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese
texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". : Pikiran Rakyat
- ^ Salana. 2002. "Wyakarana : Tata Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudibyo YS, Nurochman. 2011. "Bahasa Jawa Pantura Tak Terpeta, Lagu-lagunya Merambah Nusantara" : Surabaya. Kongres Bahasa Jawa
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen" : Pikiran Rakyat
Kosakata
Sebagian besar kosakata asli dari bahasa ini tidak memiliki kesamaan
dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi
maupun fonetik. Memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon
dengan di Indramayu itu meskipun termasuk bahasa Jawa, mempunyai
perbedaan cukup besar dengan “bahasa Jawa baku”, yaitu bahasa yang
diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo.
Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak
dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga
gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti
dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah
dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi,
ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk
menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya,
yaitu Bahasa Jawa dialek Cirebon.
[1]
namun penerbitan buku penujang pelajaran bahasa daerah yang terjadi
tahun selanjutnya tidak mencantumkan kata "Bahasa Jawa dialek Cirebon"
lagi, akan tetapi hanya menggunakan kata "Bahasa Cirebon" hal ini
seperti yang telah dilakukan pada penerbitan buku penunjang pelajaran
bahasa cirebon pada tahun 2001 dan 2002. "Kamus Bahasa Cirebon" yang
ditulis oleh Sudjana sudah tidak mencantumkan Kata "Bahasa Jawa dialek
Cirebon" namun hanya "Kamus Bahasa Cirebon" begitu juga penerbitan
"Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon" pada tahun 2002 yang tidak mununjukan
lagi keberadaan Bahasa Cirebon sebagai bagian dari Bahasa Jawa, namun
menunjukan eksistensi Bahasa Cirebon sebagai bahasa yang mandiri.
Perbandingan Bahasa Cirebon Bagongan (Bahasa Rakyat)
Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Cirebon dengan bahasa
lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Serang (Jawa Banten),
Bahasa Jawa dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek
Surakarta - Yogyakarta) dalam level
Bagongan atau Bahasa Rakyat.
kita |
kita/reang/isun |
inyong/nyong |
inyong/nyong |
nyong |
aku |
aku/saya |
sire |
sira |
rika |
koen |
koe |
kowe |
kamu |
pisan |
pisan |
banget |
nemen/temen |
nemen/temen/teo |
tenan |
sangat |
keprimen |
kepriben/kepriwe |
kepriwe |
kepriben/priben/pribe |
keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe |
piye/kepriye |
bagaimana |
ore |
ora/beli |
ora |
ora/belih |
ora |
ora |
tidak |
manjing |
manjing |
mlebu |
manjing/mlebu |
manjing/mlebu |
mlebu |
masuk |
arep |
arep/pan |
arep |
pan |
pan/pen/ape/pak |
arep |
akan |
sake |
sing |
sekang |
sing |
kadi/kading |
seko |
dari |
kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Kelambi |
Pakaian |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Kulon |
Barat |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Tuku |
Beli |
Durung |
Durung |
Durung |
Durung |
Durung |
Durung |
Belum |
Kependak |
Kepetuk |
Kepetuk |
Kepetuk |
Ketemu |
|
Bertemu |
Bise |
Bisa |
Bisa |
Bisa |
Biso |
Iso |
Bisa |
Lan |
Lan |
Lan |
Lan |
Lan |
Lan |
Dan |
Teke |
Teka |
Teka |
Teka |
Teka |
Teka |
Datang |
Kare |
Karo |
Karo |
Karo |
Karo |
Karo |
Dengan |
Entek |
Entek / Kasepan* |
Entek |
Entek |
Entek |
Entek |
Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang) |
Perbandingan Bahasa Cirebon Bebasan (Bahasa Halus)
Berikut ini adalah perbandingan antara
bebasan (Bahasa Halus) Cirebon,
bebasan Pemalangan, dengan
bebasan Serang (Jawa Banten)
Kasih |
Jeneng |
Jeneng/nami/asmi |
Nama |
Boten |
Boten |
Mboten |
Tidak |
Teteh |
Rara/Yayu |
Mbak/mbakyu |
Kakak perempuan (mbak) |
Koh/iku/puniku |
Kuh/puniku |
Puniku/niku |
Itu |
Kepetuk |
Kapanggih |
Kepanggih |
Ketemu |
Iki |
Kih |
Niki |
Ini |
nggih |
Inggih |
Inggih/nggih |
Ya |
Ugi |
Ugi |
Ugi |
Juga |
Kelipun |
Punapa |
Kenging nopo |
Kenapa |
Hampura |
Hampura |
Ngampunten |
Maaf |
Sege |
Sekul |
Sekul |
Nasi |
Linggar |
Kesah |
Tindak/kesah |
Pergi |
Darbe |
Gadah |
Kagungan |
Punya |
Seniki |
Seniki |
Sakniki |
Sekarang |
Matur nuhun |
Matur nuwun/kesuwun |
Matur nuwun |
Terima kasih |
Ayun ning pundi |
Bade pundi |
Bade teng pundi |
Mau kemana? |
Pasar |
Peken |
Peken |
Pasar |
Salah |
Sawon |
Salah |
Salah |
Kule |
Kula |
Kulo |
Saya |
Uning |
Uning |
Ngertos |
Tahu |
Bangkit |
Saged |
Saged |
Bisa |
Napik |
Sampun |
Ampun |
Jangan |
Nire |
Sampeyan / Panjenengan |
Njenengan |
Anda |
Cepe |
Capeh |
Terose |
Kata |
Gelem |
Bade |
Bade |
Mau |
Sare |
Kilem |
Tilem |
Tidur |
Mantuk |
Wangsul |
Wangsul |
Pulang |
Saos |
Mawon |
Mawon |
Saja |
Wau |
Wau |
Wau |
Tadi |
Kepetuk |
Kapanggih |
Kepanggih |
Ketemu |
Maler |
Maksih |
Taseh |
Masih |
Kamus Bahasa Indonesia - Cirebon
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan, Indramayu Ngoko dan Indramayu Krama (
Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken[4]) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia
Abad |
? |
Abad |
Lestantum |
Abad |
|
Abang |
Abrit |
Abang |
Abrit |
Merah |
|
Abot |
? |
Abot |
Awrat |
Berat |
|
Adi |
|
Adi |
|
Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan) |
|
Nang / Enang |
Ayi |
Nang |
Rayi |
Adik (Laki-Laki) |
|
Neng / Eneng |
Yayi |
Neng |
Yayi |
Adik (Perempuan) |
|
Adoh |
Tebih |
Adoh |
Tebih |
Jauh |
|
Adol |
Sadean |
Adol |
Sadean |
Dagang |
|
Adu |
Aben |
Adu |
Aben |
Adu |
|
Adus |
Siram |
Adus |
Siram |
Mandi |
|
Adhem |
? |
Adhem |
Asrep |
Sejuk |
|
Agama |
Agami |
Agama |
Agami |
Agama |
|
Aja |
Sampun |
|
|
Jangan |
(Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!" |
Akeh |
Katah |
Akeh |
Katah |
Banyak |
|
Kakang |
Raka |
Kakang |
Raka |
Kakak Laki-Laki |
|
Aki |
Ki |
Kaki |
? |
Kakek |
|
Aku |
Akên |
|
|
Aku (Mengaku) |
ngaken (mengaku) |
Alas / Luwung |
Wana |
Alas |
Wana |
Hutan |
|
Alih |
? |
|
|
Pindah |
(Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan) |
Amarga |
Amargi |
|
|
Akibat |
(amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon
ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa
Bebasan Cirebon yang benar) |
Aig / Age |
Aglis |
Cepet / Gage |
Enggal |
Segera |
|
Amba |
Wiwir |
Amba |
Wiyar |
Luas |
|
Ambir |
Supadon |
|
|
Biar |
|
Amit /Permisi |
? |
Amit |
Nuwun Sewu |
Permisi |
|
Ana |
Wenten |
Ana |
Wonten |
Ada |
|
Angel |
Susah |
Angel |
Sesaha |
Susah |
|
Angon |
Angen |
Angon |
Angen |
Gembala |
Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau) |
Angot |
? |
Kumat |
Kimat |
Kambuh |
|
Antarane |
Antawise |
Antarane |
Antawise |
Antaranya |
|
Apa |
Punapa |
Apa |
Punapa |
Apa |
|
Apik |
Sae |
Apik |
Sae |
Baik |
|
Aran |
Jeneng / Asmi |
Aran |
Nami/Asmi |
Nama |
|
Arep |
Ajeng |
Arep |
Ajeng |
Akan |
|
Arep mendhi |
Bade pundi |
Arep mendhi / Garep Mendhi |
Bade pundi |
Mau ke mana? |
|
Asli |
? |
Asli |
Sesupe |
Asli |
|
Asu |
? |
Asu |
Segawon |
Anjing |
|
Ati |
Manah |
Ati |
Manah |
Hati |
|
Aturan |
Pakem |
|
|
Aturan |
|
Awan |
Siyang |
Awan |
Rina / Siang |
Siang |
|
Awak |
Selira / Badan |
Awak |
Salira / Badan |
Badan |
|
Ayam |
Sawung |
Ayam |
Sawung |
Ayam |
|
Bae |
Mawon |
Bae |
Mawon |
Saja |
|
Bagen |
Sanggine |
Bagen |
Kêrsanipun |
Biarkan |
|
Bagus |
Sae |
Bagus |
Sae |
Bagus |
|
Baka |
Menawi |
Baka |
Menawa |
Kalau |
|
Balik |
Wangsul |
Balik |
Wangsul |
Pulang |
|
Banyu |
Toya |
Banyu |
Toya |
Air |
|
Bapak |
Rama |
Bapak |
Rama |
Bapak |
|
Batur |
Rencang |
Batur |
Rencang |
Kawan |
|
Banyu |
Toya |
Banyu |
Toya |
Air |
|
Bari |
Kaliyan |
Bareng |
Sesarengan |
Bersama |
|
Bawi |
? |
Celeng |
Andhapan |
Babi |
|
Bebek |
? |
Bebek |
Kambangan |
Bebek |
|
Belah |
Palih |
Belah |
Palih |
Sepalih (sebelah) |
|
Beli / Ora |
Boten |
|
|
Tidak |
|
Bênêr |
Lêrês |
Bênêr |
Lêrês |
Benar |
|
Bendrongan |
? |
|
|
Main Musik |
(Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan" |
Bêngên |
Rumiyen |
Bêngên |
Rumiyin / Sengen |
Dahulu |
|
Bêngi |
Dalu |
Bêngi |
Dalu |
Malam |
|
Beras |
Uwos |
Beras |
Uwos |
Beras |
|
Bobad |
? |
Bobad |
|
Bohong |
|
Bocah / Anak |
Lare |
Anak |
Lare |
Anak |
|
Bokat |
? |
|
|
Takut / Barangkali |
"aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana"
(saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di
sana) |
Bonggan |
? |
|
|
Awas! |
Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang |
Brêsi |
Rêsik |
Bersih |
Rêsik |
Bersih |
|
Bubar |
Bibar |
Bubar |
Bibar |
Bubar |
|
Bulit |
? |
|
|
Curang |
|
Buri |
Wingking |
Buri / Guri |
Wingking |
Belakang |
Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang) |
Buru-Buru |
Kêsusu |
Buru-Buru |
Bujêng-bujêng |
Tergesa-gesa |
|
Buwang |
Bucal |
Buwang |
Bucal |
Buang / Melemparkan |
|
Cangkêm |
Lêsan |
Cangkêm / Tutuk |
Lêsan |
Mulut |
|
Caos |
Seba |
? |
? |
Menghadap / Menemui |
|
Carita |
? |
Crita |
Crios |
Cerita |
|
Cêg |
? |
Cêkêl |
Ngasta |
Pegang |
Cêgcêgan (Pegangan) |
Cilik |
Alit |
Cilik |
Alit |
Kecil |
|
Coba |
Cobi |
Coba |
Cobi |
Coba |
|
Cungur / Irung |
? |
Irung |
Grana |
Hidung |
|
Cukur |
Paras |
Cukur |
Paras |
Cukur |
|
Dadi |
Dados |
Dadi |
Dados |
Jadi |
|
Dagang |
Sadean |
Dagang |
Sadean |
Dagang |
|
Dake |
Gadah |
|
|
Punya (Dapat) |
|
Dalan |
Dêrmagi |
Dalan |
Marga |
Jalan |
|
Dandan |
? |
Dandan |
Dandos |
Berhias |
|
Dawuk |
? |
|
|
Dewasa |
|
Dêlêng |
Ningali |
Dêlêng |
Ningali / Mirsani |
Melihat |
|
Dhadha |
Jaja |
Dhadha |
Jaja |
Dada |
|
Damar |
Pandhêm |
Damar |
Pandam |
Lampu |
|
Dêmên |
Tresna |
Dêmên |
Tresna |
Cinta |
|
Dêmplon |
? |
|
|
Seksi |
|
Dêngkul / Tur |
? |
Dêngkul |
Jengku |
Lutut |
|
Dewek |
Piyambêk |
|
|
Sendiri |
|
Di |
Di |
Di |
Dipun |
Di (Imbuhan) |
Cirebon Bebasan : "Dibarokahi", dialek Indramayu Krama : "Dipun Barokahi" |
Dina |
Dintên |
Dina |
Dintên |
Hari |
(Sedinten-dinten = Sehari-hari) |
Dolan |
? |
Dolan |
? |
Main |
|
Dom |
Jarum |
Dom |
Jarum |
Jarum |
|
Doyan |
Purun / Kersa |
Doyan |
Purun / Kersa |
Suka / Mau |
|
Duit |
Yatra |
Duit |
Yatra |
Uang |
|
Dulung |
Ndahari |
Dulang |
Ndahari |
Suap (Makan) |
|
Durung |
Dêrêng |
Durung |
Dêrêng |
Belum |
|
Duwe |
Gadah |
Duwe |
Gadah |
Punya |
|
Duwur |
Inggil |
Duwur |
Inggil |
Tinggi |
|
êling |
êmut |
êling |
êmut |
Ingat |
|
êmbah |
êyang |
êmbah |
êyang |
Kakek-Nenek |
|
Embuh |
Wikan |
Embuh |
Kirangan / Wikan |
Tidak Tahu |
|
? |
? |
Embun-embunan |
Pasundulan |
Embun-embun |
|
Emong |
Boten |
Emong |
Mboten |
Tidak Mau |
|
Enak |
Eca |
Enak |
Eca |
Enak |
|
êndas |
Sirah |
|
|
Kepala |
|
êndhêp |
êndhap |
êndhêp / Cindek |
êndhap |
Pendek |
|
êndi |
Pundi |
êndi |
Pundi |
Mana |
|
êndog |
Tigan |
êndog |
Tigan |
Telur |
|
êngko |
Ajeng |
|
|
Nanti |
|
ênom |
ênêm |
ênom |
ênêm / timur |
Muda |
|
êntêk |
Têlas |
êntok |
Têlas |
Habis |
|
Enteni |
? |
Enteni |
Entosi |
Menunggu |
|
Erti |
Ertos |
|
|
Arti |
(Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan
ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya
bagus!) |
Esuk |
Enjing |
Esuk |
Enjing |
Pagi |
|
Etung |
Etang |
Etung |
Etang |
Hitung |
|
Gajah |
Liman |
Gajah |
Liman |
Gajah |
|
Gampang |
Gampil |
Gampang |
Gampil |
Mudah |
|
Ganti |
Gantos |
Ganti |
Gantos |
Ganti |
|
Gawa |
Bakta |
Gawa |
Bakta |
Bawa |
mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan) |
Gawe |
Damel |
Gawe |
Damel |
Kerja |
|
Gedang |
Pisang |
|
|
Pisang |
|
Gede |
Ageng |
|
|
Besar |
|
Gêlêm |
Purun |
Gêlêm |
Purun |
Mau |
|
Gelang |
Binggel |
Gelang |
Binggel |
Gelang |
|
Gelung |
Ukel |
Gelung |
Ukel |
Gulung |
|
Gemuyu |
Gemujeng |
Gemuyu |
Gemujeng |
Tertawa |
|
Gen |
Ugi |
|
|
Juga |
|
Genap |
Jangkep |
Genap |
Jangkep |
Lengkap |
|
Geni |
Brama |
Geni |
Brama |
Api |
|
Gering / Kuru /Pêyang |
? |
Gering |
Kera |
Kurus |
|
Getek |
? |
|
|
Geli |
|
Getih |
Rah |
Getih |
Rah |
Darah |
|
Gigir |
Pêngkêran |
Gigir |
Pêngkêran |
Punggung |
|
Godhong |
Ron |
Godhong |
Ron |
Daun |
|
Golek |
? |
Golek |
Pados |
Wayang Kayu (Golek) |
|
Gugah |
Wungu |
Gugah |
Wungu |
Bangun |
|
Gula |
Gêndis |
Gula |
Gêndis |
Gula |
|
Gulu |
Jangga |
Gulu |
Jangga |
Leher |
|
Gawean |
Damelan |
? |
Guneman |
Pekerjaan |
|
Guyon |
Gujêng |
Guyon |
Gujêng |
Bercanda |
Gegujengan (Bercandaan) |
Idêp |
Ibing |
Idep |
Ibing |
Bulu Mata |
|
Idu |
Kecoh |
Idu |
Kecoh |
Ludah |
|
Iga |
? |
Iga |
Unusan |
Iga |
|
Ijo |
Ijêm |
Ijo |
Ijêm |
Hijau |
|
Ilang |
Ical |
Ilang |
Ical |
Hilang |
|
Ilat |
Lidah |
Ilat |
Lidah |
Lidah |
|
Imbuh |
? |
Imbuh |
Tanduk |
Tambahan |
|
Inep |
? |
Inep |
Sipeng |
Bermalam |
|
Ingu |
Ingah |
Ingu |
Ingah |
Pelihara |
|
Irêng |
Cêmêng |
Irêng |
Cêmêng |
Hitam |
|
Isor |
Andhap |
Isor |
Andhap |
Bawah |
|
Isin |
Lingsem |
Isin |
Lingsem |
Malu |
|
Isun |
Ingsun / Kula |
Reang / Kita |
Kula |
Saya |
|
Iwak |
Ulam |
Iwak |
Ulam |
Ikan |
|
Iya |
Inggih |
Iya |
Inggih |
Ya |
|
Jaga |
Raksa |
Jaga |
Reksa |
Jaga |
Njaga, Ngraksa (Menjaga) |
Jago |
Sawung |
Jago |
Sawung |
Ayam Jago |
|
Jagong |
Linggih |
Dodok |
Linggih |
Duduk |
|
Jala |
Jambêt |
Jala |
Jambêt |
Jala |
|
Jalir |
? |
? |
? |
Pelacur |
|
Jaluk |
Pundhut |
Jupuk / Jokot |
Pendhet |
Ambil |
|
Jamu |
Jampi |
Jamu |
Jampi |
Jamu |
|
Jaran |
? |
Jaran |
Titihan |
Kuda |
|
Jare |
Cape |
Jare |
Criyos |
Kata (Ucap) |
Cirebonan : "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?) |
Jenggot |
? |
Jenggot |
Gumbala |
Jenggot |
|
Jêriji |
? |
Driji |
Racikan |
Jari |
|
Jero |
Lebet |
Jero |
Lebet |
Dalam |
|
Jingkat |
? |
Kaget |
Kejot |
Terkejut |
|
Joget |
? |
Joged |
Beksa |
Goyang |
|
Kabar / Warta |
Wartos |
Kabar / Warta |
Wartos |
Berita |
|
Kabeh |
Sedantên |
Kabeh |
Sêdaya |
Semua |
|
Kabênêran |
Kalêrêsan |
Kabêran |
Kêlêrêsan |
Kebetulan |
|
Kaca |
|
Kaca |
Paningalan |
Kaca |
|
Kae |
Punika |
Kaen |
Punika |
Itu (Dekat dengan si Pembicara) |
|
Kali / Lêpên |
Benawi |
Kali / Lêpên |
Benawi |
Sungai |
|
Kalung |
? |
Kalung |
Sangsangan |
Kalung |
|
Kandha |
? |
Kandha |
Sanjang |
Bercerita |
|
Kanggo |
Kangge |
Kanggo |
Kangge |
Untuk |
|
Karang |
Kawis |
Karang |
Kawis |
Karang |
|
Karena |
Kêrantên |
|
|
Karena |
|
Kari |
Kantun |
Kari |
Kantun |
Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir |
Kantun-kantun (akhirnya) |
Karo |
Kaliyan |
Karo |
Kaliyan |
Bersama |
Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?) |
Karo |
Sareng |
Karo |
|
Dengan |
(Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!") |
Katon |
Kêtingal |
Katon |
Kêtingal |
Dapat dilihat |
|
Katok / Cangcut |
Lancing |
Katok |
Lancing |
Celana dalam |
|
Kaweruh |
|
Kaweruh |
Seserepan |
Pengetahuan |
|
Kaya / ala-ala |
Kados |
Kaya |
Kados |
Seperti |
(Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu) |
Kayu |
Kajeng |
Kayu |
Kajeng |
Kayu |
|
Kebanjur |
? |
Kebanjur |
Kelajeng |
Tersiram |
|
Kêbo |
? |
Kêbo |
Maesa |
Kerbau |
|
Kêdêr |
Ewed |
Kêdêr |
Ewed |
Bingung |
|
Kelanjutan |
Kelanjêngan |
|
|
Kelanjutan |
|
Kelapa |
Kerambil |
Kelapa |
Kerambil |
Kelapa |
|
|
|
Keliru |
Klentu |
Keliru |
|
Kembang |
Sekar |
Kembang |
Sekar |
Bunga |
|
Kêmit |
? |
|
|
Jaga (Tugas Jaga) |
Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa) |
Kêmul |
Singep |
Kêmul |
Singep |
Selimut |
|
Kên / Kahin / Jarit |
Sinjang |
Jarit |
Sinjang |
Kain |
|
Kene |
Riki |
Kene |
Riki |
Sini |
|
Kêponakan |
Kêpênakan |
Kêponakan |
Kêpênakan |
Keponakan |
|
Kêpriben |
Kêpripun |
Kêpriben |
Kêpripun |
Bagaimana |
|
Kêramas |
Jamas |
Kramas |
Jamas |
Keramas |
|
Kêrasan / Bêtah |
? |
Krasan |
Kraos |
Betah |
|
Kêringet |
Riwe |
Kêringet |
Riwe |
Keringat |
|
Kêris |
? |
Keris |
Duwung |
Keris |
|
Kêrtas |
Dalancang |
Kertas |
Dlancang |
Kertas |
Cirebonan : "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu) |
Kêtara |
|
Ketara |
Ketawis |
Jelas |
|
Kêtemu |
Kêpanggih |
Kêtemu |
Kêpanggih |
Bertemu |
|
Kêtuwon |
? |
|
|
Percuma / tidak dilayani dengan baik |
|
Kêyok |
? |
Kalah |
Kawon |
Kalah |
Kekalahan (Cirebon : Kasoran) |
Kie |
Puniki / Kih |
Enya / Kien |
Puniki / Niki |
Ini |
|
Kijing |
Sekaran |
Kijing |
Sekaran |
Gilang Makam |
|
Kira |
Kinten |
Kira |
Kinten |
Kira (Perkiraan) |
Kinten-Kinten (Kira-Kira) |
Kirim |
Kintun |
Kirim |
Kintun |
Kirim |
|
Klambi |
Rasukan |
Klambi |
Rasukan |
Pakaian |
|
Kongkon |
Kengken |
Kongkon |
Kengken |
Suruh |
|
Kuburan |
Pasarean |
Kuburan |
Pasarean |
Kuburan |
|
Kudu / Mesthi |
Kedah |
Kudu |
Kedah |
Harus |
|
Kuku |
? |
Kuku |
Kenaka |
Kuku |
|
Kulon |
Kulen / Kulwan |
Kulon |
Kulen |
Barat |
|
Kumat |
|
Kumat |
Kimat |
Kumat |
|
|
|
Kumpul |
Kêmpal |
Kumpul |
|
Kuna |
Kina |
Kuna |
|
Kuno |
|
Kuning |
Jener |
Kuning |
Jenar |
Kuning |
|
Kuping |
Talinga |
Kuping |
Talingan |
Telinga |
|
Kurang |
Kirang |
Kurang |
Kirang |
Kurang |
|
Kuwasa |
|
Kuwasa |
Kuwaos |
Kuasa |
|
|
|
Kuwatir |
Kuwaos |
Khawatir |
|
Kuwayang |
? |
|
|
Terbayang |
|
Kuwe |
Kuh / Puniku |
Kuwen |
Kuh / Puniku |
Itu |
(Jauh dari si pembicara) |
Lahiran |
? |
Bayen |
? |
Melahirkan |
|
Lain |
Dudu / Sanes |
Dudu |
Sanes |
Bukan |
|
Laka |
Botên wêntên |
Langka |
Botên wêntên |
Tidak Ada |
|
Laki |
Jali |
|
|
Suami |
|
Lama |
Dangu |
Lawas |
Lami / Dangu |
Lama |
|
Lamun |
Bilih |
|
|
Seandainya |
|
Lamun |
Umpami |
|
|
Umpama |
|
Lanang |
Jali / Jaler |
Lanang |
Jaler |
Laki-laki |
|
Larang |
Hawis |
Larang |
Awis |
Mahal |
|
Lenga |
Lisa |
|
|
Minyak |
|
Lenga Latung |
Lisa latung |
|
|
Minyak tanah |
|
Lêwih |
Langkung |
|
|
Lebih |
|
Lima |
Gangsal |
Lima |
Gangsal |
Lima |
|
Lunga |
Kesah |
|
|
Pergi |
|
Lupa |
Lêpat |
Klalen |
Kesupen |
Lupa |
|
Luru |
Ngilari |
|
|
Cari |
|
Luru |
Nggulati |
|
|
Cari |
|
Mabok |
Mêndhêm |
êndhêm |
Mêndhêm |
Mabuk |
|
Maca |
Maos |
|
|
Baca |
|
Manfaat / Faedah |
Guna |
Manfaat / Faedah |
Gina |
Manfaat |
|
Mangan |
Dahar |
|
|
Makan |
|
Mangkat |
Tindak |
|
|
Berangkat |
|
Maning |
Malih |
|
|
Lagi |
|
Manjing |
Mlebet |
|
|
Masuk |
|
Mata |
Soca |
|
|
Mata |
|
Mati |
Pejah |
|
|
Mati |
|
Mayid |
Laywan |
Jisim |
Layon |
Jenazah |
|
Melu |
Milet |
|
|
Ikut |
|
Mencleng |
? |
|
|
Lompat |
|
Mêngana |
Mrika |
|
|
Kesana |
|
Mênê |
Mriki |
|
|
Kesini |
|
Mêngkonon |
Mêngkotên |
|
|
Begitu |
|
Mêtu |
Medal |
|
|
Keluar |
|
Mlaku |
Mlampah |
|
|
Berjalan |
|
Mlayu |
Mlajeng |
|
|
Lari |
|
Mungkin |
? |
|
|
Mungkin |
|
Nang / Ning |
Teng |
|
|
Di (Tempat) |
|
Nang Arep |
Teng Ajeng |
|
|
Di Depan |
|
Nang Isor |
Teng Andap |
|
|
Di Bawah |
|
Nang kana |
Teng Riku |
|
|
Di situ |
|
Nang Mendhi |
Teng Pundi |
|
|
Dimana |
|
Nini |
? |
Nini |
? |
Nenek |
|
Ngaji |
Ngaos |
|
|
Mengaji |
|
Nginum |
Ngombe |
|
|
Minum |
|
Nguyu |
Nyeni |
|
|
Kencing |
|
Olih |
Angsal |
|
|
Mendapat |
|
Omong |
Gunêm |
Catur |
Ngendika |
Bicara |
|
Pada |
Sami |
|
|
Sama |
|
Pada bae |
Sami mawon |
|
|
Sama saja |
|
Pancal |
? |
|
|
Tendang |
|
Papat |
Sêkawan |
|
|
Empat |
|
Parêk |
Cakêt |
|
|
Dekat |
|
Pasar |
Pêkên |
|
|
Pasar |
|
Pate |
Padem |
|
|
Padam |
|
Pati |
Patos |
Pati |
Patos |
Terlalu |
Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka) |
Payung |
Pajeng |
Payung |
Pajeng |
Payung |
|
Pêrabot |
Pêranti |
Abah |
Pirantos |
Perabotan |
|
Pêrcaya |
Pêrcantên |
|
|
Percaya |
|
Lawang |
Kontên |
Lawang |
Kontên |
Pintu |
Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas |
Pira |
Pintên |
|
|
Berapa |
|
Piring |
? |
Ajang |
Ambeng |
Piring |
|
Polah |
? |
|
|
oleh / laku |
akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah) |
Punten |
Hampura |
|
|
Maaf |
|
Purun |
? |
|
|
Mau |
Panjenengan purun?(kamu mau?) |
Putih |
Pethak |
|
|
Putih |
|
Rabi / Kurên |
Istri |
Bojo |
Sema |
Istri |
Sekurên = Sejodoh |
Rada |
Rabi |
|
|
Agak |
Rada Manis (agak manis) |
Rewel |
? |
|
|
Cerewet |
|
Ro / Rua |
Kalih |
|
|
Dua |
|
Rungu |
Pireng |
Rungu |
Midhanget |
Dengar |
Ngrungu, Mireng (Mendengar) |
Sabên |
Unggal |
|
|
Setiap |
|
Salah |
Sawon |
|
|
Salah |
|
Sambut |
Sambêt |
|
|
Pinjam |
|
Sapa |
Sintên |
|
|
Siapa |
(Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?") |
Sawah |
Sabin |
|
|
Sawah |
|
Sedang |
Siweg |
|
|
Sedang (Melakukan) |
(Siweg Punapa? "Sedang Apa") |
Sega |
Sêkul |
|
|
Nasi |
|
Sejen |
Liya |
|
|
Lain |
(Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya") |
Sekien |
Sêniki |
|
|
Sekarang |
|
Sekiki |
Benjing |
Sukiki |
Benjing |
Besok |
|
Senajan / Ari |
Menawi |
Ari |
Menawa |
Walau |
|
Seneng |
Bungah |
Berag |
Bingah |
Senang |
|
Setitik |
Sakedik |
|
|
Sedikit |
|
Siji |
Sêtunggal |
|
|
Satu |
|
Sira |
Panjenengan |
|
|
Anda |
|
Sira |
Panjênêngan |
Kowe / Sira |
Sampeyan / Panjenengan |
Kamu |
|
Srog |
Mangga |
Enya |
Mangga |
Silahkan Ambil |
Cirebonan : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Suwe |
|
Suwe |
Lami |
Lama |
|
Ya |
Mangga |
Ayo / Elos |
Mangga |
Silahkan |
Cirebon : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)" |
Taken |
Dangu |
Takon |
Taken |
Tanya |
Andangu (Bertanya) |
Tamu |
Sema |
|
|
Tamu |
|
Tanduk |
Singat |
Tanduk |
Singat |
Tanduk |
|
Teka |
Dugi |
Teka |
Dugi |
Tiba |
|
Telu |
Tiba |
? |
? |
Tiga |
|
Terus |
Teras |
|
|
Teruskan |
|
Tua |
Sepuh |
|
|
Tua |
|
Tuku |
Tumbas |
|
|
Beli |
|
Tur |
Tunten |
Bacut |
Lajeng |
Selanjutnya |
|
Turu |
Kilem / Tilem / Kulem |
|
|
Tidur |
|
Umah |
Griya |
|
|
Rumah |
|
Untap |
? |
|
|
Durhaka |
|
Upai |
Sukani |
Upai |
Sukani |
Beri |
Ngupai, Nyukani (Memberi) |
Urip |
Gesang |
|
|
Hidup |
|
Uwis |
Sampun |
|
|
Sudah |
|
Wadon |
Istri |
|
|
Perempuan |
|
Waktu |
Sela |
Waktu |
Waktos |
Waktu |
|
Wanci |
Wayah |
|
|
Saat |
|
Wareg |
Tuwuk |
|
|
Kenyang |
|
Wong |
Tiyang |
|
|
Orang |
|
Wulan |
Sasi |
|
|
Bulan |
|
? |
Kajaba |
|
|
Kecuali |
|
? |
Lan |
|
|
Dan |
|
? |
Jentik |
|
|
Kelingking |
|
? |
Leb |
|
|
Tutup |
"Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu") |
? |
Maksad |
|
|
Maksud |
(Maksadipun = Maksudnya) |
? |
Wiraos |
|
|
Bicara |
|
Belajar |
Sinau / Ginau |
Belajar |
Sinau |
Belajar |
|
? |
Kah |
|
|
Itu |
(dekat dari si pembicara) |
? |
Waras |
|
|
Sehat |
|
? |
Bethek |
Adang |
Bethak |
Menanak Nasi |
|
? |
Serat |
Jungkat |
Serat |
Serabut / Serat |
|
kengulu |
kengulu |
Kengulu |
Kajang |
Bantal |
|
Dialek Bahasa Cirebon
Menurut Nurdin M. Noer, Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa
Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon
dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa
Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa
Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)
Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh)
merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan
Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan
Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan
dari separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda.
[7]
Bahasa Cirebon dialek Dermayon
Dialek Dermayon merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan secara
luas di wilayah Kabupaten Indramayu, menurut Metode Guiter, dialek
Dermayon ini memiliki perbedaan sekitar 30% dengan Bahasa Cirebon
sendiri. Ciri utama dari penutur dialek Dermayon adalah dengan
menggunakan kata "Reang" sebagai sebutan untuk kata "Saya" dan bukannya
menggunakan kata "Isun" seperti halnya yang digunakan oleh penutur
Bahasa Cirebon.
Bahasa Cirebon dialek Plered (Cirebon Barat)
Dialek Plered merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat
Kabupaten Cirebon,
dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang
kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira",
dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat ini menggunakan kata "Siro" untuk
mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo" dan Jendela menjadi
"Jendelo" (ada juga yang menyebutnya dengan "Gendelo"). Penutur dialek
yang menempati kawasan barat
Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan
"Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai
"Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"
[8]
Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka
Widudung Hamdan :
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..
maso iyo, digawo-gawo menggawe
Sipo :
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu
Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..
Wahyu Pawaka :
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngajar layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...
Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...
adaaaaauuw...
Wahyu Pawaka :
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...
hehee...
Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..
glegek ndipit...
akaka...
Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)
Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon
Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek
Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang
dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya
"wong cirebon" sendiri.
[9]
Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon
Ana (Bagongan) |
Ana |
Ano |
Ana |
Ana |
Ada |
Apa (Bagongan) |
Apa |
Apo |
Apa |
Apa |
Apa |
Bapak (Bagongan) |
Bapak |
? |
Bapa / Mama |
Bapak |
Bapak |
Beli (Bagongan) |
Ora |
Oro |
Beli / Ora |
Bli |
Tidak |
Dulung (Bagongan) |
Dulang |
Dulung |
Muluk |
Suap |
Suap (Makan) |
Elok (Bagongan) |
Sokat |
Lok |
Sok |
Ilok |
Pernah |
Isun (Bagongan) |
Reang |
Isun |
Isun / Kita |
Nyong / Kita |
Saya |
Kula (Bebasan) |
Kula |
Kulo |
Kula |
Kula |
Saya |
Lagi apa? (Bagongan) |
Lagi apa? |
Deng apo? |
Lagi Apa |
Lagi Apa |
Sedang apa? |
Laka (Bagongan) |
Laka |
Lako |
Laka |
Laka / langka |
Tidak ada |
Paman (Bagongan) |
Paman |
Paman |
Mang |
Mamang |
Paman |
Salah (Bagongan) |
Salah |
Salo |
Salah |
Salah |
Salah |
Sewang (Bagongan) |
Sewong |
Sawong |
- |
Sewang / Ewang |
Seorang (Masing-masing) |
- Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah
Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama
penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya,
sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah,
Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah
percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon
dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau
Jawa Setengah.
Daftar Pustaka
- ^ Tim
Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa
Barat". Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Wulandari,
Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern
Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese
texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ a b c d Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon(Edisi Tahun 2009)
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Tim
Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa
Barat". Bandung : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat
- ^ Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Wulandari,
Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern
Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese
texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung :
Universitas Pendidikan Indonesia
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung : Pikiran Rakyat
- ^ Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". : Pikiran Rakyat
- ^ Salana. 2002. "Wyakarana : Tata Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung : Humaniora Utama Press
- ^ Sudibyo YS, Nurochman. 2011. "Bahasa Jawa Pantura Tak Terpeta, Lagu-lagunya Merambah Nusantara" : Surabaya. Kongres Bahasa Jawa
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : tayudic.blogspot.com
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian" : PT Gramedia Pustaka Utama
- ^ Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen" : Pikiran Rakyat